Adakah semua itu lebih penting dari ibu yang menanti di rumah?
Adakah bermuka tampan dapat memberikan kebahagiaan kepada ayah yang saban hari berhempas pulas mencari rezeki dengan keringat yang tidak berhenti,
Dibawah terik sinar suria yang tanpa belas menghitamkan kulit mulusnya, hinggakan kini merekah kekeringan,
Dimanakah kita?
Dimanakah kita?
Bergembira bersama teman?
Atau berculas di atas katil?
Pernahkah kita memikirkan tentang mereka?
Atau hanya ada semasa kesusahan juga kesempitan?
Adakah kita pernah terfikir, apa yang kita lakukan akan diulangi oleh anak-anak kita nanti?
Marilah kita berubah, mereka menanti penuh kesabaran,
Peluklah mereka,
Dakaplah mereka,
Mereka setia menantimu. Puluhan tahun mungkin,
Kita boleh lakukan apa sahaja untuk kekasih kita tapi mengapa tidak untuk kasih pertama kita?
Sedangkan mereka setia menantimu di muka pintu,
Mengharapkan hilai tawa kita memenuhi pelusuk rumah,
Rumah yang makin usang dimamah usia yang mencemburui kenangan masa lalu.
Pulanglah, bukan wang yang menjadi dambaan, inikan pula harta,
Tapi, pulanglah bersama kasih sayang yang semakin cerap,
Setiap saat dipenuhi harapan dan doa agar kita pulang bersama ibu bapa di rumah,
Meluangkan masa yang semakin suntuk di dunia ini,
Dalam doanya penuh doa terhadap kita,
Agar kita dipermudahkan urusan sedangkan mereka bersusah payah
Dimurahkan rezeki sedangkan, mereka hanya makan nasi dengan kicap dan ikan masin
Dilapangkan masa untuk bertemu mereka sedangkan, masa terluang kita dipenuhi bersama teman-teman
Ingatlah,
Ayah, Bapa Abi, Ibu, Emak, Ummi
Hanyalah Satu Dan Akan Kekal Satu, Tiada Duanya,
Hargailah Mereka Sementara Mereka Masih Ada
Kalau Dekat, Jenguk-Jenguklah,
Kalau Jauh, Hubungilah Mereka,
Sesungguhnya Mereka Merindui Kita.